PENDEKATAN DOKTER KELUARGA SEBAGAI PRIMARY HEALTH CARE

Pendahuluan

Terwujudnya keadaan sehat adalah hak asasi manusia (WHO, 1948) dan sekaligus modal dasar keberhasilan pembangunan bangsa (WHO, 2002). Defenisi sehat meliputi keadaan sejahtera sempurna yang dinilai dari keadaan fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO, 1948). Undang-undang No. 23 tahun 1992, sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, yang saling terkait dan mempengaruhi. Jika salah satu faktor bermasalah atau terganggu maka akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya dan selanjutnya akan berdampak pada derajat kesehatan masyarakat. Blum, 1974 mengemukakan empat faktor utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.
1.Prilaku, hal yang berkaitan dengan kebiasaan atau gaya hidup yang dianut dan diperlihatkan oleh masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2.Lingkungan, suatu keadaan sekitar dalam bentuk lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan seseorang.
3.Pelayanan kesehatan, meliputi akses, keterjangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat.
4.Keturunan, merupakn kualitas dan kuantitas genetik yang bersifat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pengaruh masing-masing faktor terhadap kesehatan bersifat komplek baik secara langsung maupun secara tidak langsung atau melalui faktor lainnya.

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah (preventif), dan menyembuhkan penyakit (kuratif) serta dalam memulihkan kesehatan (rehabilitatif) perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat (Levey dan Loomba, 1973).

Hodgetts dan Cascio, 1983 mengklasifikasikan pelayanan kesehatan menjadi dua macam.
1.Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Services)
Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk memelihara, menigkatkan kesehatan (promotif) serta mencegah penyakit (preventif), dan sasaran utamanya adalah kelompok masyarakat.
2.Pelayanan Kesehatan Perorangan (Medical Services)
Merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya untuk menyembuhkan (kuratif) dan memulihkan kesehatan (rehabilitatif), serta sasaran utamanya adalah perorangan dan keluarga.

Penyelenggara pelayanan kesehatan tergantung dari kebijakan kesehatan di setiap negara. Perbedaan menyelenggaraan kesehatan ini disebabkan karena adanya peran dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Pelayanan kesehatan masyarakat lebih ditekankan pada pemerintah sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan dipercayakan kepada sektor swasta tetapi masih melibatkan pemerintah. Diharapkan dengan kombinasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program, derajat kesehatan masyarakat yang diimpikan dapat terwujud sesuai dengan visi “Indonesia Sehat 2010”.

Suatu pelayanan kesehatan harus memiliki ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat tertentu. Hal ini ditujukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan lebih maksimal dan menyeluruh serta dapat membantu pribadi atau kelompok yang membutuhkan. Tersedia, mudah dicapai, penyebaran merata, mandiri, efektif, efisien, menyeluruh dan lengkap, berkesinambungan, terpadu, dapat diterima, wajar, dapat dijangkau, dan bermutu, merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan. Banyak sarana pelayanan kesehatan, di mana masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan kewewenangan yang jelas. Diharapkan adanya suatu hubungan atau kerjasama dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan antara sarana penyedia layanan kesehatan tersebut.

Primary Health Care

Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama di bawah naungan peraturan dan perundangan. Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 menetapkan sembilan karakteristik pelayanan primer yaitu: komprehensif dan holistik, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, pasien sebagai bagian integral keluarga, mempertimbangkan lingkungan (tempat tinggal dan kerja), menjunjung tinggi etika dan hukum, sadar biaya dan sadar mutu, dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan.

Implementasi konsep primary health care dalam pelayanan kesehatan berbeda, antara negara-negara berkembang dengan negara-negara maju. Indonesia contohnya, sebagai salah satu negara berkembang, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan secara terpadu melalui pelayanan kesehatan primer. Hal ini karena masalah kesehatan masyarakat Indonesia masih dominan dan jumlah serta kategori petugas atau sarana kesehatan masih terbatas. Sedangkan di negara-negara maju, pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan secara terpisah dari pelayanan kesehatan masyarakat melalui pelayanan dokter keluarga. Pelayanan kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh petugas dan sarana kesehatan masyarakat yang didirikan khusus untuk hal tersebut,

Kompetensi Dokter Keluarga yang Diharapkan

Seorang dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dibandingkan seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Hal ini sangat perlu ditekankan karena begitu banyak permasalahan kesehatan yang harus dibenahi. Mellinium Development Goals (MDG’s), target pencapaian derajat kesehatan yang lebih baik, merupakan suatu program dibidang kesehatan yang dijalankan dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.

MDG’s yang ditargetkan pada tahun 2015 menuntut seorang dokter memiliki kompetensi lebih dalam merealisasikan program tersebut. Dalam mewujudkan MDG’s seorang tenaga medis diharapkan mampu mengobservasi, mendiagnosis, memberikan terapi yang tepat, dan melakukan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan. Program MDG’s yang dicanangkan oleh pemerintah ini juga berkaitan dengan globalisasi kesehatan, di mana kesiapan dan kemantapan tenaga kesehatan suatu negara akan menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Globalisasi dunia menuntut sorang dokter atau tenaga kesehatan untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Paradigma sehat yang lebih menekankan pada kualitas hidup dari pada sekedar penyembuhan penyakit, membutuh tenaga kesehatan yang profesionalisme yang diutamakan pada dokter pelayanan primer. Dokter pelayanan primer adalah dokter keluarga yang memberikan pelayanan pertama secara berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga, dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care merupakan suatu solusi dan jalan dalam mewujudkan kualitas kesehatan individu dan masyarakat yang lebih baik.
Di sisi lain, pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum berkembang dengan baik dan sebagaimana mestinya karena tidak ditopang oleh sistem pembiayaan kesehatan yang sesuai. Diharapkan dengan adanya sistem pembiayaan ini, pelayanan dokter keluarga dapat terselenggara dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Sistem pembiayaan yang selama ini berlaku bukan fee for services, dalam arti kata, biaya pengobatan dibayar bukan atas pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter.

Selain itu, pengetahuan dan keterampilan dokter belum memuaskan, dimana kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Dalam pelaksanaannya, dari seorang dokter keluarga memang dituntut banyak hal dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar dan kompetensi-kompetensi yang telah ditetap harus dipenuhi sebagaimana mestinya. Mampu menjalin komunikasi yang efektif, melakukan prosedur klinis dan kedaruratan klinis, mampu mengaplikasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, dapat memanfaatkan dan mendayagunakan segala umber yang ada di sekitar, mampu menggunakan sistem teknologi dan informasi, belajar sepanjang hayat, dan memiliki sikap profesional dalam keseharian adalah beberapa hal dari sekian banyak hal yang harus dimiliki, dikuasai, dan dilaksanakan oleh seorang dokter keluarga.

Pedekatan yang dilakukan dalam mengupayakan pelayanan dokter keluarga ditengah-tengah masyarakat hendaklah dilakukan secara berkesinambungan. Dengan adanya peningkatan ke arah tersebut berarti penerapannya akan semakin mantap. Walaupun masalah kesehatan di Indonesia masih dipengaruhi oleh berbagai tatanan dan kondisi dari masyarakat dan negara ini sendiri, namun tidak menutup kemungkinan upaya pemerintah dalam mengusahakan praktik layanan dokter keluarga dalam masyaraat akan menjadi solusi dari masalah kesehatan yang ada di Indonesia.

Pendekatan dokter keluarga sebagai primary health care adalah sebuah cita-cita yang akan menjadi sebuah perubahan besar di tengah kondisi kesehatan Indonesia yang sangat memprihatinkan. Pendekatan ini mungkin akan menjadi solusi dalam memperbaiki status kesehatan masyarakat yang masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, yaitu peringkat ke-111 dari 172 negara yang dinilai, atau satu tingkat lebih baik dari Vietnam namun jauh tertinggal dari Malaysia, Thailand dan Singapura. Tugas ini adalah PR untuk semua sektor yang terlibat dan terkait serta masyarakat itu sendiri tentunya.

Sumber Bacaan:

Kebutuhan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Sasaran Pembangunan Kesehatan Nasional 2004-2009, diunduh dari situs Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Peranan dan Fungsi Dokter Keluarga Dalam Pelayanan Kesehatan Primer, presentasi Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH dalam acara “Revisi kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas”, Padang, 23 November 2008.

Kompetensi Dokter Umum yang Diharapkan Dalam Layanan Primer Menyongsong Milenium Develompment Goals 2015, presentasi dr. Rosdini Savitri, M.Kes, dalam acara “Revisi Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas”, Padang, 23 November 2008.

Ditulis oleh: Hendra Amalfi (Staf Bidang Ilmiah), Januari 2009.
Artikel ini mendapatkan Juara II Lomba Menulis Artikel Ilmiah EXIT 2009.

Explore posts in the same categories: Uncategorized

Tinggalkan komentar